Minggu, 14 September 2014

OLEH : OCTAVRITA R.S



Pengertian reptile, Reptil adalah salah satu jenis vertebrata atau hewab yang memiliki tulang belakang berdarah dingin dan memiliki sisik di sekujur tubuhnya. Reptil termasuk tetrapoda, yaitu hewan yang memilikli empat kaki. Pada umumnya reptil berkembang biak dengan cara bertelur, yang mana telurnya akan diselubungi oleh membran amniotik. Keberadaan reptil sangatlah banyak di jumpai, semua benua pasti terdapat reptil kecuali benua atlantik.


Ciri-ciri Hewan Reptil
  • tubuh terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor
  • habitat di darat dan di air
  • tubuh ditutupi sisik yang tersusun atas zat tanduk
  • bernapas dengan paru-paru
  • berdarah dingin (poikiloterm)
  • berkembang biak dengan bertelurpasang kaki, kecuali pada ular
  • umumnya alat gerak berupa dua
  • jantung terdiri dari 4 ruang dengan sekat yang belum sempurna

Jenis-Jenis Reptil di Indonesia

Reptil atau reptilia dikelompokkan dalam empat ordo, yaitu : Ordo Crocodylia, Rhynchocephalia, Squamata, dan Testudines.

  • Ordo Crocodilya terdiri atas famili Gavialidae, Alligatoridae, dan Crocodylidae. Di seluruh dunia terdapat sekitar 25 spesies. Contoh jenis reptil dari ordo Crocodilya adalah buaya, alligator, dan caiman. Di Indonesia jenis reptil ini yang biasa ditemui adalah : buaya siam (Crocodylus siamensis), buaya muara (Crocodylus porosus), buaya irian (Crocodylus novaeguineae), buaya senyulong (Tomistoma schlegelii), dan buaya kalimantan (Crocodylus raninus).
    Mengenai buaya, baca selengkapnya di artikel : Buaya di Indonesia.
  • Ordo Rhynchocephalia hanya terdiri atas satu spesies yaitu Tuatara (Sphenodon punctatus) yang hidup di Selandia Baru.
  • Ordo Squamata terdiri atas 9.000-an spesies yang dikelompokkan dalam 66 famili. Spesies reptil dari ordo Squamata ini terdiri atas berbagai jenis kadal dan ular. Contoh reptil dari ordo ini yang hidup di Indonesia antara lain komodo (Varanus komodoensis), tokek dan cicak (famili Gekkonidae), kadal, bunglon, biawak, ular karung (Acrochordus javanicus), ular king kobra (Ophiophagus hannah), ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus), ular sanca bodo (Python molurus), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), ular tikus (Ptyas korros), ular weling (Bungarus candidus) dan lain-lain.
  • Ordo Testudines terdiri atas sekitar 300-an spesies yang dikelompokkan dalam 14 famili. Spesies reptil dari ordo Testudines ini terdiri atas berbagai jenis penyu, kura-kura, dan terapin. Beberapa contoh hewan reptil dari ordo Testudines yang hidup di Indonesia diantaranya adalah kura-kura Hutan Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi), berbagai jenis kura-kura berleher ular, penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), tuntong (Batagur baska), tuntong laut (B. borneoensis), dan lain-lain.

Indonesia selain dihuni oleh berbagai jenis reptil pun memiliki reptil-reptil istimewa dan unik. Diantara reptil istimewa tersebut adalah kadal terbesar di dunia, yaitu komodo; ular terpanjang di dunia yaitu reticulated python (Python reticulatus); ular berbisa terpanjang di dunia yaitu ular king kobra (Ophiophagus hannah); serta penyu terbesar di dunia.


Leucocephalon yuwonoi (kura-kura hutan sulawesi atau kura-kura paruh betet) 


Reptil Langka Indonesia


Namun tidak sedikit jenis-jenis reptil tersebut yang mulai langka dan terancam punah. Menurut database IUCN Redlist, 6 spesies reptil di Indonesia berstatus Critically Endangered. Ini merupakan status keterancaman tertinggi sebelum punah. Daftar hewan-hewan langka tersebut dapat dibaca di : Daftar Reptil Langka Indonesia.

Selain berstatuskan Critically Endangered sebanyak 9 spesies reptil Indonesia menyandang status Endangered atau Terancam Punah. Kesembilan jenis reptil penyandang status endangered adalah :

  • Penyu tempayan (Caretta caretta)
  • Penyu hijau (Chelonia mydas)
  • Tokek pulau bangka (Gehyra barea)
  • Kura-kura duri (Heosemys spinosa)
  • Baning Sulawesi (Indotestudo forstenii)
  • Baning cokelat (Manouria emys)
  • Kura-kura Sungai Kalimantan (Orlitia borneensis)
  • Kura-kura softshell Asia Raksasa (Pelochelys cantorii)
  • Ular Schmutz’s Worm (Typhlops schmutzi)

Di samping 15 spesies reptil paling langka tersebut di atas, masih terdapat berbagai spesies yang mulai terancam punah. Yaitu terdiri atas 17 spesies berstatus Vulnerable, 5 spesies berstatus Near Threatened, 75 spesies berstatus Data Deficient, dan 21 spesies Least Concern.



ULAR


Ular

                                                           OLEH : ANNISA
Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.








Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlandia dan Selandia baru dan daerah daerah padang salju atau kutub.

Ciri-ciri Umum Ular Berbisa

Adapun beberapa ciri-ciri umum ular yang memiliki racun bisa dilihat dibawah ini, tetapi hal ini tidak mutlak karena ada beberapa jenis ular yang memiliki pengecualian;

Ular yang memiliki bisa rendah

  • Gerakannya cepat, takut pada musuh, dan cenderung agresif
  • Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
  • Membunuh mangsanya dengan cara membelit
  • Bentuk kepalanya bulat telur (oval)
  • Tidak memiliki taring bisa
  • Gigitannya tidak mematikan
  • Setelah menggigit langsung lari, karena biasanya menggigit hanya untuk pertahanan

Ular yang memiliki bisa tinggi
  • Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri
  • Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
  • Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa
  • Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
  • Memiliki taring bisa dengan racun yang mematikan
  • Memiliki sifat kanibal
  • Setelah menggigit biasanya masih tinggal ditempat itu menunggu mangsanya lumpuh.

Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai, rawa, danau, dan laut.
Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.

KURA KURA


  OLEH : TRIAS INTAN


Nama : Kura-Kura Matahari
Nama Latin: Heosemys spinosa



Photo: Nama : Kura-Kura Matahari 
Nama Latin: Heosemys spinosa

Ciri-Ciri Fisik: Memiliki kepala berwarna coklat bercorak bintik-bintik merah di pipi dan atas kepala; tempurung bulat tinggi berwarna coklat muda hingga gelap disampingnya berbentuk gerigi tajam di sepanjang lingkar tempurung serta sebuah keel panjang (garis gerigi) di tengah punggung tempurung. Plastron berwarna coklat muda/krim bercorak serratial warna hitam yang rapih membentuk dua alur. Kaki depannya juga memiliki bintik-bintik berwarna merah.

Pola Hidup: Semi-aquatic 
Habitat Asli: pinggir sungai dangkal, lembah, dan kaki bukit hutan hujan.
Makanan: ikan, buah (pisang, mangga, pepaya, melon, dll).

Pertumbuhan: Maksimum mencapai ukuran 22 cm. Usia reproduksi aktif saat berumur 3 tahun.

Persebaran: Indonesia (Sumatra dan Kalimantan); Myanmar, Thailand, Brunei, Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Ciri-Ciri Fisik: Memiliki kepala berwarna coklat bercorak bintik-bintik merah di pipi dan atas kepala; tempurung bulat tinggi berwarna coklat muda hingga gelap disampingnya berbentuk

gerigi tajam di sepanjang lingkar tempurung serta sebuah keel panjang (garis gerigi) di tengah punggung tempurung. Plastron berwarna coklat muda/krim bercorak serratial warna hitam yang rapih membentuk dua alur. Kaki depannya juga memiliki bintik-bintik berwarna merah.

Pola Hidup: Semi-aquatic
Habitat Asli: pinggir sungai dangkal, lembah, dan kaki bukit hutan hujan.
Makanan: ikan, buah (pisang, mangga, pepaya, melon, dll).

Pertumbuhan: Maksimum mencapai ukuran 22 cm. Usia reproduksi aktif saat berumur 3 tahun.

Persebaran: Indonesia (Sumatra dan Kalimantan); Myanmar, Thailand, Brunei, Malaysia, Singapura, dan Filipina.

KOMODO

 OLEH : STEFFANI INNEZ
Komodo memiliki nama ilmiah Varanus komodoensis. Komodo Merupakan hewan carnivora yang memakan hewan atau binatang lain seperti babi, rusa, kancil, kambing, ayam dan binatang lainnya. Hewan ini merupakan kadal terbesar yang ada di jagad raya saat ini. Komodo merupakan jenis reptil yang berjalan melata dengan empat kaki. Kulit kasarnya yang tebal membuat mereka kuat menahan serangan dari musuh-musuhnya. Ukuran tubuhnya yang besar serta keganasanya  mebuat komodo mendapatkan julukan komodo dragon atau naga komodo. Hal itu tentunya tidaklah berlebihan mengingat komodo merupakan satu-satunya hewan purba yang diketahui masih hidup hingga saat ini.
 
Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini juga merupakan kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.
Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.
 
Pada tahun 1910 orang Belanda menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dengan julukan Pulau Komodo. Cerita ini berawal dari Letnan Steyn van Hens Broek yang mencoba membuktikan laporan pasukan Belanda tentang adanya hewan besar menyerupai naga di pulau tersebut. Steyn lantas membunuh seekor komodo tersebut dan membawa dokumentasinya ke Museum and Botanical Garden di Bogor untuk diteliti.Komodo adalah kadal terberat di dunia, dengan berat 150 pound atau lebih. Taman terbesar yang pernah diukur lebih dari 10 kaki (3 meter) panjang dan berat £ 366 (166 kg) tetapi ukuran rata-rata komodo di alam bebas sekitar 8 kaki (2,5 meter) panjang dan 200 pon (91 kg)

Komodo memiliki kulit bersisik abu-abu, moncong runcing, anggota badan yang kuat dan ekor berotot. Mereka menggunakan rasa tajam penciuman untuk menemukan busuk binatang tetap dari beberapa mil jauhnya. Mereka berburu kadal lainnya juga serta mamalia besar dan kadang-kadang kanibal.
 
Gigi Komodo hampir seluruhnya tertutup oleh gusi nya. Ketika makan, gusi berdarah, menciptakan budaya ideal untuk bakteri mematikan. Bakteri yang hidup di septicaemia menyebabkan air liur komodo, atau keracunan darah, dalam korbannya. naga A akan menggigit mangsanya, kemudian ikuti sampai hewan terlalu lemah untuk melanjutkan.

Spesies kadal ini terancam oleh perburuan, hilangnya spesies mangsa dan hilangnya habitat.

BUAYA

OLEH : KORESIL DIDIT

Buaya nil

Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya sepit (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
 Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan 315 kg/cm²); bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler yang hanya 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena) sekitar 800 – 1.000 psi. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar (lakban) beberapa kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk menjaganya agar mulut itu tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan pengukuran, atau manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.Buaya muara (C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun, dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun.
Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat tumbuh lebih panjang dari 5 m dan memiliki berat melebihi 1.200 kg. Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm tatkala menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.
Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya terbesar yang pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh seorang guru sekolah di Australia.[2] Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah seekor buaya muara sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India. Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of World Records.

Konservasi

Mengingat banyak populasinya yang terus menurun dan menuju kepunahan, banyak jenis buaya di pelbagai negara yang dimasukkan ke dalam status dilindungi. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni Crocodylus novaeguineae (buaya Irian); C. porosus (buaya muara); C. siamensis (buaya Siam); dan Tomistoma schlegelii (buaya sinyulong) telah dilindungi oleh undang-undang.[15]
Untuk mengurangi tekanan terhadap populasi buaya di alam, berbagai upaya penangkaran telah dikembangkan. Buaya muara dan buaya Nil adalah jenis-jenis yang paling banyak ditangkarkan. Penangkaran buaya muara cenderung meningkat, terutama di Australia. Di Indonesia pun telah banyak dilakukan upaya penangkaran buaya ini, meskipun masih setengah bergantung ke alam, mengingat stok buaya yang dipelihara masih mengandalkan pemungutan telurnya dari alam, untuk kemudian ditetaskan dan dibesarkan di penangkaran.

Kulit buaya

Meskipun buaya hidup ditakuti orang, namun produk-produk dari kulitnya banyak disukai dan berharga mahal. Kulit buaya diolah untuk dijadikan aneka barang kerajinan kulit seperti dompet, tas, topi, ikat pinggang, sepatu dan lain-lain. Indonesia mengekspor cukup banyak kulit buaya, sekitar 15.228 potong pada tahun 2002, dengan negara-negara tujuan ekspor di antaranya ke Singapura, Jepang, Korea, Italia, dan beberapa negara lainnya. Empat perlimanya adalah dari kulit buaya Irian, dan sekitar 90% di antaranya dihasilkan dari penangkaran buaya.[14].
Daging buaya juga dimakan di beberapa negara seperti di Australia, Etiopia, Thailand, Afrika Selatan, Kuba, dan juga di sebagian tempat di Indonesia dan Amerika Serikat.

BUNGLON

OLEH : ALDA NURULITA

Bunglon atau londok (bahasa Sunda) adalah sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae. Kadal lain yang masih sesuku adalah cicak terbang (Draco spp.) dan soa-soa (Hydrosaurus spp.). Bunglon mempunyai beberapa marga diantaranya adalah seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes dan lain-lain.
Bunglon bisa mengubah-ubah warna kulitnya, meskipun tidak sehebat perubahan warna chamaeleon (suku Chamaeleonidae). Biasanya berubah dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman.
Bunglon Surai

Bunglon surai memiliki nama ilmiah Bronchocela jubata Duméril & Bibron, 1837. Dalam bahasa lain, dikenal dengan nama bunglon (Jkt., Jw.), londokatau lunduk (Sd.), atau green crested lizards (Ingg.). Nama lainnya dalam bahasa Inggris cukup menyesatkan: bloodsuckers, karena pada kenyataannya kadal ini tidak pernah menghisap darah.
Bunglon ini menyebar di pulau-pulau Jawa, Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang, kepulauan Salibabu, dan Filipina.
Deskripsi tubuh
Bunglon kebun yang berukuran sedang, berekor panjang menjuntai. Panjang total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya adalah ekor. Gerigi di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai (“jubata” artinya bersurai) daripada bentuk mahkota, tidak seperti kerabat dekatnya B. cristatella (crista: jambul, mahkota). Gerigi ini terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang meruncing namun lunak serupa kulit.
Kepalanya bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata dikelilingi pelupuk yang cukup lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa bintik-bintik halus yang indah.
Dorsal (sisi atas tubuh) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang bisa berubah menjadi coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sebuah bercak coklat kemerahan serupa karat terdapat di belakang mulut di bawah timpanum. Deretan bercak serupa itu, yang seringkali menyatu menjadi coretan-coretan, terdapat di bahu dan di sisi lateral bagian depan; semakin ke belakang semakin kabur warnanya.
Sisi ventral (sisi bawah tubuh) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi bawah kaki. Telapak tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal berwarna hijau belang-belang kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam dengan belang-belang keputihan di ujungnya.
Sisik-sisik bunglon surai keras, kasar, berlunas kuat; ekornya terasa bersegi-segi. Perkecualiannya adalah sisik-sisik jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak serupa kulit.
Kebiasaan
Bunglon yang kerap ditemukan di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh di kebun dan pekarangan. Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau perdu ketika mengejar mangsanya, namun dengan segera berlari menuju pohon terdekat.
Reptil ini memangsa berbagai macam serangga yang dijumpainya: kupu-kupu, ngengat, capung, lalat dan lain-lain. Untuk menipu mangsanya, bunglon ini kerap berdiam diri di pucuk pepohonan atau bergoyang-goyang pelan seolah tertiup angin. Sering juga bunglon surai terlihat meniti kabel listrik dekat rumah, untuk menyeberang dari satu tempat ke tempat lain.
Bunglon surai bertelur di tanah yang gembur, berpasir atau berserasah. Seperti umumnya anggota suku Agamidae, induk bunglon menggali tanah dengan mempergunakan moncongnya. Kulit telurnya berwarna putih, lentur agak liat serupa perkamen.
Sebuah pengamatan yang dilakukan di hutan Situgede, Bogor mencatat bahwa telur bunglon surai dipendam di tanah berpasir di bawah lapisan serasah, persisnya di bawah semak-semak di bagian hutan yang agak terbuka. Telur sebanyak dua buah, lonjong panjang lk. 7×40 mm, diletakkan berjajar dan ditimbun tanah tipis. Di Gunung Walat, Sukabumi, didapati telur yang diletakkan di lapisan humus yang halus di tengah-tengah jalan setapak.
Keistimewaan
Di saat Bunglon merasa terancam , Ia akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan. Fungsi penyamaran demikian disebut mimikri. Hal ini berbeda dengan “kamuflase”, yakni penyamaran bentuk atau warna hewan yang menyerupai makhluk hidup lain.
Bunglon adalah salah satu jenis Chameleon. Terdapat lebih dari 100 jenis Chameleon. Ada yang hanya dapat berubah warna dari coklat ke hijau dan sebaliknya, namun banyak juga yang memiliki banyak koleksi warna menakjubkan di tubuhnya.
Pigment unik pada lapisan kulit chameleon memberi kemampuan bunglon untuk mengubah warna. Selama ini kita mengira chameleon mengubah warna karena menyesuaikan dengan lingkungan, atau menyelamatkan diri dari musuh. Mengutip penjelasan National Geographic, ternyata penyebab chameleon berubah warna adalah:

1. Sinar Matahari
Ketika chameleon coklat ingin berjemur di bawah sinar matahari, maka si chameleon akan mengubah warna kulitnya menjadi hijau untuk memaksimalkan refleksi sinar matahari yang didapat.
2. Suhu
Ketika suhu dingin, kulit chameleon akan berubah berwarna lebih gelap untuk memaksimalkan penyerapan panas.
3. Mood
Chameleon jantan yang ‘ditantang’ chameleon lain bisa berubah warna menjadi merah kekuningan. Atau ketika si chameleon ‘fall in love’, bisa juga warnanya berubah untuk menarik perhatian, misalnya ungu, biru dan kemerahan.
Bunglon merupakan sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae. Banyak orang yang mengartikan bahwa bunglon mengubah warna kulitnya sebagai kamuflase atau respon terhadap musuh dan bahaya. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian.
 
Bunglon Memiliki Sel-Sel Warna
Bunglon memiliki sel-sel warna di bawah permukaan kulitnya yang transparan. Di bawah lapisan ini terdapat dua lapisan sel yang mengandung pigmen berwarna merah dan kuning (juga disebut chromatophores).
Di bawahnya lagi ada lapisan sel yang merefleksikan warna biru dan putih. Lalu di bawahnya lagi ada lapisan melanin untuk warna coklat (seperti yang dimiliki manusia).